Akashic Record >> Kehidupan Damai Kita Bersama >> Chapter 2
Gemerlap sisa air dari helai rambutnya perlahan menetes ke kaos putih polos yang dirinya kenakan, dengan celana pendek dan kontroler permainan di pegangnya. Kami sedikit menghabiskan waktu setelah makan malam, bermain di ruang tengah bersama.
Meski ini hanya hukuman, Ica menantang ku dalam bermain video game sembari duduk di pangkuan ku seakan tidak mempermasalah apapun. Jadi aku hanya bisa pasrah, sekedar mengikuti keinginan dari seorang anak kecil pada umumnya.
Tidak ada yang lain.
Begitulah pikirku.
[ KAGE WINS ]1
“Huh?! Fu- Ehem~ Nice throw di situ, kau sudah semakin hebat. Tadi ini aku hanya sengaja kalah saja.”
Karena ini merupakan kali pertamanya dalam fighting game, karena itu aku mencoba sebaik mungkin untuk mengalah. Memberikan satu dua kemenangan sudah menjadi hal yang wajar sebagai seorang kakak kan?
“Tapi bukankah Onii-sama baru menang dua kali dari tujuh pertandingan…”
Seperti ada suara tali yang terputus, kesabaran ku perlahan habis.
“Baiklah-baiklah, kita sudahi hukumannya sampai sini. Aku ingin membuat kopi sebentar, jadi bagaimana jika Ica cobalah game yang seru ini? Apakah Ica sudah pernah mencoba game ini?”
“Belum.”
Meski aku baru saja memainkan game baru keluaran mereka di komputer, tapi untuk yang satu ini berbeda karena hanya eksklusif pada PlayStation 4 saja. Tidak sembarangan orang bisa atau bahkan menikmati genre Souls-like, jadi cobalah.
Menyerahkan kontroler player satu kepadanya, Ica sedikit memiringkan kepalanya dan memulai permainan [ New Game ] sementara aku, mencoba untuk menenangkan diri. Benar menenangkan diri...
Begitulah aroma kopi seduhan sendiri.
Adalah pilihan terbaik yang ku miliki sekarang.
Setelah merapikan kembali peralatan dapur dan meletakan stoples biji kopi ke dalam rak, rasanya pikiran ku menjadi sedikit lebih santai setelah melihat semua bahan persediaan untuk beberapa bulan kedepan ini sudah lebih dari cukup.
Meletakkan nampan dengan beberapa cemilan juga kopi dan segelas jus jeruk di atas karpet, aku menyandarkan bahuku di kaki sofa dan menyeruput kopi ku selagi panas sembari melihatnya bermain.
Tanpa disadari Ica telah melewati kabut putih, hanya dengan bermodalkan kapak tidak disangka bahwa dirinya bisa mencapai boss pertama dengan cepat. Sekilas aku meragukan kemampuannya, namun.
[ PREY SLAUGHTERED ]2
“Tunggu, molotov…?! Bukankah ini kali pertama Ica memainkan gamenya?”
Ica mengangguk masih meneruskan permainan, mencoba mencari save point(Lanterns) terdekat. Mengingat bagaimana dirinya bisa mencapai area ini dengan waktu yang singkat, dan kemampuan bermainnya jelas membuatku bertanya-tanya.
“Iya ini pertama kali Ica bermain, tapi…” Ica memberikan jempol ke arahku. “Ica sudah menonton walkthrough yang Hannin-sama buat jadi tidak masalah.”
“...! H-huh?!” Sentak langsung membuatku terkejut.
Kehidupan Damai Kita Bersama
Sedikit memperbaiki posisi kacamata yang menjadi sedikit miring, kepalaku masih tidak bisa memproses apa yang baru saja kudengar. Ica menoleh ke kemari kembali melihat ku dengan wajahnya yang datar seakan sudah tau dari awal.
“U-Uh… S-Siapa, yang Ica bicarakan?”
Tunggu dari awal?
Mengeluarkan ponsel dari saku celananya, Ica melihatkan salah satu video Hannin tepat ke depan wajah ini. Benar, pantas saja tidak asing. Pada kolom komentar di sana nama akunnya tertera, [ AcII ] aku mengenali ini.
“Ah, jadi apa Ica sudah menyadarinya ketika mencoba masuk ke dalam kamar ku waktu itu. Hhh, ‘sudah kuduga’ kah.”
Ica mengangguk, dan melanjutkan bermain.
Ku akui bahwa dulu banyak rekaman yang tanpa sengaja menunjukan wajah ataupun interior kamar, tapi karena semuanya sudah di private dan bahkan sampai ku hapus seharusnya akan sulit mengetahui seseorang tanpa wajah di internet.
Maka jawaban sederhananya adalah [ AcII ] sudah mengikuti ku dari awal baru memulai karir kah. Yah karena sebenarnya dari awal aku sudah berniat untuk memberitahukannya, kurasa aku tidak lagi perlu mengkhawatirkan hal ini.
Tetap saja ini benar-benar tidak terduga, aku jadi mulai mengkhawatirkan banyaknya kebiasaan buruk ku yang mungkin bisa mempengaruhinya. Ugh kembali menyeruput kopi, aku melihat Ica yang sedang bermain.
Tapi waktu seperti ini, juga tidak buruk sama sekali.
“Realm of Fantastical?”
“Hmm…?”
“Onii-sama sering sekali menoleh ke arah jam dinding, apa karena perilisan gamenya yang sebentar lagi akan keluar?”
Apa dirinya menyadari aku sering menoleh ke arah jam dinding, sambil fokus bermain? Tunggu-tunggu, apa seseorang bisa bermain sebaik itu hanya karena sudah menonton satu dua video playthrough3 atau panduan begitu saja? Hmm.
Ica juga sudah mengalahkan ku dalam bermain game fighting sebelumnya, apakah pada dasarnya anak ini seorang jenius?! Kesempatan seperti ini jelas tidak boleh dilewatkan, ditambah kami memang mencari seseorang untuk mengisi kekosongan.
Tapi ugh, biaya gamenya sendiri tidaklah sedikit. Jika perlu mempertimbangkan biaya hidup untuk beberapa bulan kedepan, bersama, mungkin aku bisa memotong sebagian biaya kebutuhan ku sendiri-
“Onii-sama…?”
“Ah! Iya benar. Maaf abaikan saja aku dan lanjutkan saja bermain. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu…”
“Uh, tapi Ica sudah membeli gamenya.”
“Eh!”
“Karena Ica tidak punya komputer atau laptop untuk memainkannya, jadi bagaimana jika kita ke kamar Onii-sama sembari menunggu perilisan gamenya?”
“Huh!”
“Huh…?”
“HUH?!!”
* * *
Apa yang telah ku lakukan.
Benar, ini merupakan kenyataan dan bukan seperti dalam video game ataupun buku komik semacamnya. Sekarang berada di dalam kamarku, pada akhirnya Ica duduk tenang di kursi tempat biasanya aku bermain dan membuat konten.
“Cobalah untuk tidak menyentuh apapun yang berhubungan dengan kegiatan ku sebagai kreator, mengerti?” Dengan tenang aku berbicara, meski di dalam kepalaku kondisinya bisa dibilang, cukup rumit.
“Iya.”
Aku mencoba mengalihkan pikiran ku saat ini dengan memeriksa kondisi komputer lainnya. Kedua komputer lainnya selain komputer yang ku gunakan, tentu jika bukan karena mereka aku tidak perlu repot-repot melakukan hal ini.
Tapi karena Ica akan bermain bersama ku, jadi apa salahnya kan.
“Hmm, seberapa banyak yang Ica ketahui tentang dunia RoF?”
“Realm of Fantastical? Mungkin hanya sebagian garis besar ceritanya-”
“Iya, di forum mereka menyingkatnya jadi RoF. Apa Ica membeli gamenya karena sudah membaca atau sekedar tau mengenai dunianya dari buku yang terkenal- Ah! Ehem~ Maaf kebiasaan.”
Huh…! Apa barusan dirinya tersenyum?!
Dari bawah meja ini aku cukup sulit melihatnya, tapi aku tadi yakin seperti melihatnya tersenyum. Mengapa? Tidak, aku pasti salah lihat, maksudku ini Ica yang selalu melihat semuanya dengan ekspresi yang datar. Bahkan sekarang.
“Uh, apakah tidak masalah jika Ica bercerita, karena hanya tinggal dua menit lagi sebelum gamenya rilis.”
“Huh dua menit- Aduh!!”
Kepalaku membentur meja sakin terkejutnya, jadi aku bergegas menyelesaikan ini dan untunglah tidak ada masalah yang rumit sama sekali. Karena gamenya sendiri sudah ku download di setiap komputer, maka yang tersisa hanya.
“Eh! Onii-sama?!”
“Tenanglah dan duduk di sini, yang kita bisa lakukan sekarang hanyalah menunggu dan berharap bisa masuk ke dalam game tanpa masalah.” Tampak sedikit kebingungan, aku mengangkatnya ke bangku sebelah.
“B-Berharap, masuk? Tapi Onii-sama bukan ini sedikit-”
“Stss, stss, stss. Yang perlu kita lakukan hanya terus menekan tombol mulai permainan, tidak perlu mengkhawatirkan hal lainnya- huh Ica?”
Tanpa sadar aku menyandarkan tubuhku dari belakang bahunya dan menutup mulutnya dengan jari telunjuk ku, mungkin karena menjadi sedikit terlalu dekat. Aku jadi lupa bahwa Ica juga merupakan seorang gadis.
Saat itu, aku tidak bisa melihat ekspresinya.
[ Start Game ]
Side Note
1©Capcom - Street Fighter 5
2©FromSoftware Inc. - Bloodborne
3Playtrough
: tindakan memainkan sesuatu (seperti musik atau permainan) dari awal sampai akhir.
Kolom Komentar